Jumat, 04 Mei 2018

Semua Akan Menikah pada Waktunya | #14ArticlesOn14Days

Semua Akan Menikah pada Waktunya

Makin mendekati berakhirnya #14ArticlesOn14Days makin banyak juga bahasan-bahasan yang bikin baper pembaca di sini. Ah nggak juga kok, akunya aja yang lagi mau nulis ini! hehehe

Berbicara tentang menikah... 

Selalu menjadi bahasan yang menarik bagi para muda-mudi dengan rentang usia antara 24 tahun ke atas. tapi banyak juga lho zaman now, seperti anak yang masih berstatus pelajar atau mahasiswa (mahasiswa yang belum lulus kuliah) udah mulai membicarakan nikah. Usut punya usut, penyebabnya adalah karena MEREKA SERING MELIHAT POSTINGAN-POSTINGAN TENTANG BAHAGIANYA MENIKAH OLEH PARA ARTIS/SELEBGRAM.

Banyak juga anak-anak SMA atau anak-anak kuliah yang belum lulus berkata "Capek ah sekolah atau capek ah kuliah, maunya nikah aja." Wadidawwww! Jadi nikah itu hanya untuk pelarianmu saja wahai dedek-dedek sekalian?

Mirisnya aku terhadap hal ini, sebenarnya sudah lama. Maka dari itu, dari kemirisan aku lah terlahir sebuah buku "Semoga Pilihanku Juga Pilihan-Mu" pada bulan Juli tahun lalu. (Yang mau beli boleh kok, masih ada 10 exemplar lagi, langsung japri aku aja. lhah jadi promosi :p)

Aku pun berteman dari berbagai kalangan. Dan karena pertemanan ku yang dari berbagai kalangan itulah yang membuat pikiranku terbuka lebar-lebar. Banyak juga kok yang tidak terburu-buru nikah dan justru mengejar presatasinya, mengejar kariernya. Ya memang benar, nikah bukan hanya tujuan utama dari manusia hidup di dunia, karena tujuan utama manusia hidup di dunia hanya untuk beribadah.

"Ah, Dewi Sok Tahu. lo! Tahu apa sih lo tentang pernikahan? Nikah aja belum!" Weits, santai santai.. aku memang belum menikah, tapi aku sedikit banyak sudah mulai menimba ilmu tentang pernikahan. Mulai dari membeli buku pernikahan, mengikuti kajian pra nikah, sampai mengikuti kelas khusus pernikahan. Semua yang aku ikuti tersebut, materi yang disampaikan kurang lebih sama, "Semua akan Menikah pada Waktunya."

Waktunya siapa? ya Waktu menurut Sang Pencipta, yang menciptakan aku dan juga kalian semua. Contoh sederhana, lihat Raditya Dika. Penulis buku, pemain film, youtuber. Apakah dia tergesa-gesa mau menikah? Enggak kan. Bang Dika---sapaan dari Raditya Dika, menikah di usia yang sudah lebih dari 30 tahun, karena apa, karena dia percaya, jika semua manusia akan menikah sesuai waktu yang tepat.

Lelah ya nunggu jodoh? Mau sampe kapan sih jodoh ditungguin? hal itu yang selalu jadi pertanyaan sekaligus ejekan untuk orang-orang yang belum menikah. Emang kalau belum nikah itu suatu aib atau dosa besar ya di Indonesia? coba lihat deh di negara-negara maju, umur 24,25,26,27, bahkan 28 tahun masih banyak yang kuliah, mengejar cita-cita impiannya, atau pun mengejar karier. Kalau di Indonesia, usia segitu belum nikah, coba apa komennya? "Dih nggak laku ya? Mau jadi perawan tua? Lihat si anu udah nikah, si inu udah punya anak. Makanya jangan milih-milih ntar susah dapet jodohnya lho." Ya,sungguh jari dan mulut netizen Indonesia lebih kejam dari ibukota gaes! hehehe

Gini-gini, karena semua orang akan menikah pada waktunya, jadi hidupmu, hidup kalian jangan hanya fokus pada jodoh, jodoh, dsn jodoh aja. Beneran deh, ada temenku yang kenal sama suaminya sekarang, itu hanya dua bulan terus langsung nikah gak pakai pacaran lagi. Semua itu gampang aja terjadi kalau Sang Pencipta udah berkehendak. Masih ada yang gak yakin di sini? :)

Intinya, kalau bener-bener serius mau nikah sebentar lagi, untuk kalian yang beragama islam perbanyak doa dan perbagus ibadahnya. Begitu kata para mentor saya di kelas pranikah, ini tentu juga jadi nasihat untuk diri aku sendiri lho :)

"Semua orang akan menikah pada waktunya. Waktu terbaik menurut-Nya bukan menurutmu."

Regards,

Rachmah Dewi

Kamis, 03 Mei 2018

Bicara tentang Pasangan Hidup | #14ArticlesOn14Days

Bicara tentang Pasangan Hidup

Semakin ke sini, apakah kalian semakin sadar, bahwa pergantian hari itu terasa sangat cepat sekali? Pergantian tahun juga terasa demikian cepatnya. Hari ini, sudah kembali bertemu dengan hari kamis saja.

Hari kamis di hari ketiga di bulan mei ini, sedikit aku akan menuliskan postingan di #14ArticlesOn14Days sesuai judul yang tertera di atas "Bicara tentang Pasangan Hidup"

untuk usia 25-an ke atas membicarakan perihal pasangan hidup bukan sesuatu yang tak penting karena ya di usia-usia ini, orang-orang banyak yang mulai melangsungkan pernikahan. Telah melewati quarter age, pertanyaan "Dewi, kapan nikah? mau resepsi di mana ntar?" dan lain-lain sebagainya tentang pernikahan semakin sering aku dengar dibanding ada yang bertanya "Apa kabar naskah bukumu selanjutnya? kapan nerbitin buku lagi?"

Semua manusia pasti ingin memiliki pasangan hidup, aku pun demikian. Aku juga ingin menikah seperti teman-temanku yang lain. Kalian tak perlu tahu seberapa sering aku berdoa dihadapan-Nya untuk hal ini, biarlah penghuni langit yang menjadi saksi tentang munajat nikahku tersebut.

Pernikahan bukan untuk sehari dua hari, oleh karena itu saya sebagai wanita harus benar-benar memikirkan masak-masak perihal seseorang yang akan menjadi imamku kelak, yang akan menjadi pasangan hidupku kelak. Baik secara agama adalah kriteria mutlak yang aku sematkan di list pertama kriteria calon pasangan hidupku kelak :)

Aku mengucapkan selamat untuk kalian yang sudah lebih dulu menemukan pasangan hidup yang baik. Karena aku tahu, dipertemukan dengan pasangan yang baik adalah rezeki dari-Nya. Manusia bisa saja berencana ingin menikah kapan, di mana, dengan siapa. Tapi, kalau Tuhan berkehendak lain, manusia bisa apa?

Begitu banyak cerita di sekitar saya tentang lika-liku bertemu dengan pasangan hidup ini. Banyak yang sudah pacaran bertahun-tahun, tapi nikahnya  bukan dengan pacarnya yang itu, melainkan dengan orang lain. Banyak yang baru kenal dua bulan, langsung mantap menikah, banyak yang tadinya hanya sekadar sahabat, kemudian lanjut ke pelaminan, ada yang sudah booking gedung dan catering untuk hari pernikahannya, namun tahu-tahu calon istri/suaminya meninggal,dan masih banyak lika-liku dalam bertemu dengan pasangan hidup lainnnya. 

Jodoh memang rahasia Tuhan, rahasia Allah Ta'ala. Bisa saja aku mengharap aku ingin berjodoh dengan dia, tapi kalau kata Allah dia bukan yang terbaik, lalu aku bisa apa? :) berdasar pengalaman, maka dari itu sembunyikanlah jika kamu sudah mempunyai teman dekat pria atau pun wanita yang sudah klop di hati. Coba lihat, begitu banyak kan yang pacaran, mengumbar foto-foto di sosial media, tapi setelah putus bingung deh cara ngehapusnya gimana. Iya gak? hehehe

Aku yakin Allah lah yang paling paham kondisi hatiku sekarang-sekarang ini. Untuk itu, aku lebih banyak berdoa supaya diberikan petunjuk jika memang telah diizinkan oleh-Nya untuk aku membina rumah tangga. Karena setan sangat tidak senang melihat Hamba Allah yang ingin menyempurnakan separuh agama dengan menikah. Untuk itu, sekarang ini karena sebelum-sebelumnya selalu "ditinggal" oleh manusia, #lahcurhat hahaha makanya aku lebih memilih untuk banyak-banyak berdoa, minta kemantapan hati, minta diberikan yang terbaik. Saran ku untuk kalian-kalian yang tengah dilema urusan pernikahan, lebih baik serahkan saja semuanya pada Allah SWT, mengadu pada-Nya dengan berlama-lama itu sangat asyik. Cobain deh! :)

"Jangan terlalu banyak berharap sama manusia intinya, pasti kecewa. Berbicara tentang pasangan hidup itu artinya berhadapan langsung dengan Sang Pencipta. Mintalah diberikan yang terbaik. Karena terbaik menurut manusia, belum tentu terbaik menurut-Nya."

Regards,

Rachmah Dewi

Rabu, 02 Mei 2018

Tujuan Mengikuti Sosial Media Teman | #14ArticlesOn14Days

Tujuan Mengikuti Sosial Media Teman


Berbicara tentang sosial media, bukan merupakan hal yang asing saat ini. Zaman sekarang semua hal dan kegiatan manusia, lebih banyak dipublikasikan di dunia maya daripada di dunia nyata. Berbagai sosial media sekarang ini hadir menemani setiap langkah dan setiap aktivitas kehidupan manusia, khususnya kehidupan kaum urban Jakarta.

Lalu, yang aku mau bahas di dalam postingan #14ArticlesOn14Days hari ini adalah: "Tujuan Mengikuti Sosial Media Teman." pembahasan dari aku sih santai saja lho ya, nggak tahu deh kalian yang membaca postingan ini tanggapannya seperti apa :)

Kalian dan teman-teman kalian, satu sama lain, pasti saling terhubung dengan sosial media sekarang ini. Kalian saling follow mem-follow, atau add meng-add sosial media kalian dan teman-teman kalian. Sosial media yang paling banyak digunakan oleh anak-anak muda saat ini adalah Instagram. Di sana kalian dan teman-teman kalian bisa saling men-tag foto di feeds instagram atau men-tag teman kalian di instastory, ya Instagram menyajikan fitur yang bisa dibilang cukup asyik digunakan oleh anak-anak muda.

Tujuan aku menulis tentang ini adalah, awalnya berawal dari kegalauan pribadi. Lho, kok aku galau, ya? apa yang aku galaukan? begini, balik lagi ke judul di awal ya. Sebenarnya tujuan kalian mengikuti sosial media teman kalian itu untuk apa sih? soalnya ini berdasar pengalaman aku ya. Ada teman, dulunya kenal denganku, lalu kami saling mem-follow sosial media satu sama lain. Dalam hal ini aku membicarakan sosial media instagram ya. Kemudian, dari sejak awal kami berteman belum satu pun dia memberikan like di-posting-an foto yang aku tampilkan di akun instagramku tersebut. Satu pun!

Oke, di sini aku bukanlah orang yang "gila like" atau minta banget di-like, tapi, yang namanya teman, pernah saling kenal, maka ya sesekali ya boleh lah ya, untuk saling memberikan like sebagai apresiasi terhadap foto yang telah di-posting oleh temannya tersebut. Karena ada lho zaman sekarang, yang mem-follow temannya itu hanya untuk kepoin cerita hidup dari temannya tersebut. Memberikan like tidak pernah, tapi dia menggosipkan temannya tersebut di belakang. Ada yang punya kasus sama seperti itu? hehehe :)

Kalau aku pribadi ya, aku mengikuti teman-temanku di sosial media, namun aku juga memberikan like terhadap foto yang ia posting. Karena aku tahu, memberikan 1 like di-postingan foto teman, sama saja menghargainya,menggangapnya sebagai teman. Hal ini pun sama untuk sosial media Path. jujur aja, aku paling kesal kalau punya teman di Path, dia nggak pernah satu pun memberikan tanda love, smile, sad, atau yang lain terhadap postingan kita dan hobinya nge-seen doang dari zaman pertama kali saling add. Oke ini hanya pandanganku secara pribadi ya. Bukan nyinyir, bukan julid, dan ojo baper ya bacanya! hehe

"Karena saling memberikan Like di sosial media adalah tanda kamu menghargai temanmu, menganggap keberadaanya, dan membuat temanmu bahagia dengan cara sederhana. Tentunya jika postingan temanmu tersebut memang postingan yang baik dan bermanfaat tidak ada salahnya jika kamu memberikan like."

Regards,

Rachmah Dewi

Selasa, 01 Mei 2018

Karena Inspirasi Bisa Datang dari Mana Saja | #14ArticlesOn14Days

Karena Inspirasi Bisa Datang dari Mana Saja
 

Selamat tanggal 1, selamat datang bulan kelima dalam penanggalan Masehi, selamat datang bulan Mei! Berbicara tentang bulan Mei, Bulan Mei adalah bulan di mana aku terlahir ke dunia ini. Selengkapnya tentang cerita kelahiranku, mungkin akan aku posting untuk #14ArticlesOn14Days di hari ke-14 nanti yang bertepatan dengan tanggal kelahiranku.

Aku seringkali mendapat pertanyaan, ketika aku menjadi salah satu narasumber kepenulisan baik narasumber di acara online maupun offline. Pertanyaan yang seringkali diajukan adalah:

"Kak, biasanya inspirasi untuk menulis datang dari mana sih? Saya tuh kadang suka nggak dapet inspirasi deh, jadinya nggak tau mau nulis apa."

Pertanyaan seperti ini, nggak aku dapatkan hanya sekali dua kali, tapi hampir berkali-kali. Intinya, ini adalah pertanyaan yang seriiiing banget aku dapatkan. Oke baik, aku akan kasih tahu kalian ya, kalau inspirasi untuk menulisku datang dari mana.

Inspirasi menulisku, sederhana saja datangnya. Dari mana? Dari kegelisahan dan kegalauan aku sendiri. Biasanya, hal-hal di sekitarku yang membuat aku galau, membuat aku kecewa, membuat aku sedih, membuat aku bingung, itu adalah sumber dan bahan untuk aku menulis. Contohnya, di buku pertamaku yang terbit di bulan juli 2017 kemarin, aku lebih banyak menyoroti hal tentang jodoh. Bukan karena aku galau karena belum nikah sementara teman-temanku yang lain sudah pada menikah, tapi lebih dari itu, aku miris aja, melihat anak-anak muda, yang berlomba-lomba untuk menikah muda, sementara ilmu pernikahan yang ia punya, belum mumpuni adanya.

Padahal kan, nikah bukan hanya sehari dua hari, tapi selamanya. Seumur hidup, sampai ajal datang menjemput. Oke oke, kenapa kita malah bahas buku aku ya? hahaha. Iya, jadi begitu, aku biasanya menulis dari kegelisahan pribadi. Ini bukan hanya berlaku untuk tulisan non-fiksi ya (karena memang aku lebih sering dan lebih banyak menulis artikel atau cerita-cerita non-fiksi) tapi berlaku juga ketika aku tengah menulis cerpen. (Sampai saat ini aku belum berani mengeluarkan novel, baru berani menulis cerpen hehe doakan ya entah tahun kapan aku nerbitin novel juga)

Jadi buat kalian yang mengeluh nggak dapat inspirasi, nggak dapat ide. Coba tanya ke diri sendiri, hal apa sih yang lagi digalaukan? hal apa sih yang akhir-akhir ini selalu membuatmu kepikiran sehingga nggak bisa tidur? ya sudah, tuangkanlah ke dalam sebuah tulisan. Jangan pernah bilang nggak bisa sebelum dicoba ya. Momen saat ditinggal orang yang disayang bisa juga jadi inspirasi yang bagus untuk dituangkan menjadi sebuah tulisan. Selain dari kegalauan hati, kalian juga bisa mencari inspirasi lewat internet ya (Ini biasanya aku lakukan kalau saya lagi ingin nulis artikel di blog, aku mencari referensi juga di website lain, mencari berita yang lagi happening)

Jadi coba peka deh sama keadaan yang ada pada diri kalian. Di sekeliling kalian pun juga banyak ide-ide bertebaran kok. Jangan pernah bilang "gak ada inspirasi" karena sekali lagi, inspirasi itu bisa ada di mana saja, dengan siapa saja, dan kapan saja. Aku terkadang suka melamun juga demi mendapatkan inspirasi menulis, dan ya cukup banyak juga dari melamun sendiri di dalam kamar. hehehe.

Regards,

Rachmah Dewi

Senin, 30 April 2018

Karena Rezeki Bukan Hanya Berupa Materi | #14ArticlesOn14Days

Karena Rezeki Bukan Hanya Berupa Materi 


Aku tahu ini adalah akhir bulan april. Dan aku tahu, ini adalah hari kejepit, karena hari ini terletak di antara hari libur minggu dan hari libur "May Day" di selasa tanggal 1 Mei besok. Apakah kalian penganut paham meliburkan diri di hari kejepit? :)

Oke, postingan #14ArticlesOn14Days udah masuk di hari ke-8. Alhamdulillah berkat kekonsistensian diriku, bisa juga menulis di blog ini untuk #14ArticlesOn14Days di hari ke-8. Di postingan hari kedelapan ini, aku mau sharing sedikit tentang masalah rezeki. Namun, sharing aku di sini, bukan karena aku yang paling paham ilmu agama, yang paling luas wawasan agamanya, bukan itu lho ya! :)

Jadi, semakin ke sini, aku semakin memahami bahwa, ternyata Tuhan memberikan rezeki kepada Hamba-Nya itu bisa bermacam-macam bentuknya. Jangan pernah kita berpikiran, rezeki yang Tuhan berikan itu hanya dalam bentuk materi (uang) saja ya. Benar, rezeki dari Tuhan itu bisa berupa kemudahan, kesehatan, kesempatan, bertemu dengan teman yang baik, serta bertemu dengan jodoh yang baik, itu juga rezeki dari Tuhan, dari Allah Ta'ala :)

Sederhananya, rezeki yang berupa materi ini Allah SWT kasih untuk aku, ketika aku terpilih menjadi juara ke-2 dalam ajang bergengsi bagi insan media di Ajang Penganugerahan MH.Thamrin yang ke-43 di kantor Balai Kota, september 2017 lalu. aku benar-benar merasakan ini adalah salah satu contoh bentuk rezeki dari Allah SWT.

Kemudian, lagi-lagi aku merasakan bahwa rezeki itu bukan hanya materi adalah aku dipertemukan dengan teman-teman yang baik-baik di Quran Indonesia Project. Bulan Februari 2018, aku dipilih dan terpilih untuk menjadi salah satu kontributor di Quran Indonesia Project. Di mana, untuk menjadi kontributor tersebut, aku harus melewati seleksi dengan terlebih dahulu mengirimkan sample audio bacaan quran dengan versi bahasa arab, inggris, dan indonesia.

Dan Alhamdulillah, aku terpilih menjadi salah satu kontributor untuk membacakan surah Al-Ankabut sebanyak 20 ayat di studio Quran Indonesia Project-nya langsung. MasyaAllah, berada dalam satu project yang isinya orang-orang baik adalah sebuah rezeki yang tak ternilai bagiku.

Jadi sekali lagi, rezeki itu banyak sekali di sekitar kita. Tak hanya materi, tapi juga kemudahan, kesempatan, bertemu dengan orang-orang baik, itu juga suatu hal yang patut kita syukuri. Karena belum tentu, orang lain mendapat seperti yang kita dapatkan.

Yang aku sangat yakini adalah "Jika kita orang yang baik, atau kita adalah orang yang tengah berusaha menjadi orang yang baik, maka Tuhan akan mendekatkan kita dan juga mempertemukan kita dengan hal-hal dan orang-orang yang baik pula."

Jadi, mau dapet yang baik-baik? ya dari diri kita sendiri dulu yang harus menjadi baik. Karena sejatinya kebaikan itu akan selalu hadir untuk mereka-mereka yang baik. InsyaAllah..


Regards,

Rachmah Dewi

Minggu, 29 April 2018

Konsisten Itu Sulit! | #14ArticlesOn14Days

Konsisten Itu Sulit! 


Seringnya aku mengisi kelas kepenulisan online, Maka seringnya juga aku ditanyai oleh para peserta kelas dengan pertanyaan yang hampir sama. Kamu tahu apa? begini:

"Kak Dewi, saya mau tanya. Gimana sih cara konsisten untuk menulis naskah, biar naskahnya selesai dan naskahnya bisa jadi buku?"

Pertanyaan tersebut sudah sering aku jawab, dan tak jarang pula orang yang sama menanyakan itu lagi? Lah piye iki...

Rata-rata banyak mengeluhkan untuk konsisten menulis itu berat. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak ada waktu untuk menyelesaikan naskah buku yang mereka sedang tulis tersebut. 

Oke, sini aku beritahukan sedikit sesuai dengan pengalamanku dalam menggarap buku pertama ya! Betul, aku pun tidak menampik bahwa menjaga konsistensi itu berat, kamu gak akan kuat, biar mereka aja yang kuat! hahaha

Begini, aku mau berbagi sedikit ya. Semoga kalian yang suka nanya ke aku tentang hal ini, baca tulisanku sekarang di #14ArticlesOn14Days ini. Caraku menjaga konsistensi menulis? Saat aku menyelesaikan naskah buku perdanaku, aku dalam satu hari menulis 4 halaman A5 di Microsoft Word. Berat? Ya berat bagi yang nggak niat. Alhamdulillah naskah buku perdana selesai dalam waktu kurang lebih 30 hari. Itu semua karena niat aku yang terpatri sangat kuat untuk bisa menerbitkan buku di tahun 2017.

Seperti halnya puasa di bulan Ramadan selama 30 hari, kalau tidak ada niatan yang kuat, pasti menjalankan puasa sangat terasa berat. Menahan lapar dan dahaga akan terasa sangat menakutkan karena nggak ada niat dalam hati untuk bisa menyelesaikan kewajiban berpuasa tersebut.

Sama halnya dengan menulis tadi, kalau kalian memang sudah ada niatan untuk menyelesaikan sebuah buku, seterjal apapun jalan yang akan ada di depan, kalian pasti bisa melewati. Terus gimana aku bagi waktunya? 

Menulis satu hari empat halaman, dianggap sebuah momok yang menakutkan. Awalnya aku juga menganggap demikian. Tapi setelah dijalani, ya biasa saja tuh gak semenakutkan yang aku pikirkan. Oke masalah bagi waktu ya, aku membiasakan untuk menulis di waktu-waktu senggang. 

Dalam sehari ada berapa jam? yes, 24 Jam! kalian sekolah atau kerja taruhlah waktu kalian akan terpakai sekitar 7 sampai 8 jam (7-8 jam biasanya untuk pekerja kantoran, ya!) nah pasti kan setelah itu ada beberapa jam waktu luang untuk kalian? "Tapi kan abis pulang kerja capek? pengennya kalo udah di rumah ya rebahan aja di kasur, goleran sambil denger musik atau nonton youtube!" nah berarti kalau kalian masih selalu mikir waktu luang hanya dipakai untuk itu, ya agak susah ya naskahnya untuk cepat-cepat selesai.

Harus ada yang dikorbankan! Ya, itulah yang berlaku pada aku saat saya menyelesaikan naskah buku dalam waktu kurang lebih 30 hari di tahun kemarin. Aku sama seperti kalian, yang lebih suka tidur-tiduran setelah capek pulang kerja dibanding harus buka laptop untuk menyelesaikan naskah. 

Tapi, kalau aku terus-terusan menuruti kemalasanku ini, maka aku yakin, tulisanku hanya mengendap saja di laptop, buah pikirku hanya stuck saja di dalam kepalaku, impianku jadi penulis buku gak akan pernah terwujud sampai sekarang. Ya, balik lagi, semua karena niat. 

Aku benar-benar mempunyai niatan kuat untuk menghasilkan karya berupa buku dan semesta pun mendukung niatanku tersebut hingga aku bisa melahirkan buku perdanaku di bulan juli 2017.

Jadi, konsisten itu tidak berat asalkan dibarengi dengan niat! Kalian mau pilih yang mana, terus-terusan nyaman dalam kemalasan, atau bergegas meraih impian dengan didampingi kuatnya sebuah niatan? Hidup kalian, ya kalianlah yang menentukan! :)

Regards,

Rachmah Dewi


Sabtu, 28 April 2018

Lakukan Saja yang Terbaik Menurut Versimu | #14ArticlesOn14Days

Lakukan Saja yang Terbaik Menurut Versimu



Tak terasa sudah masuk di akhir pekan. Ya, hari sabtu sudah menyapaku kembali. Dan aku menghabiskan sebagian hari sabtuku untuk menulis #14ArticlesOn14Days :)

Aku mau bertanya sesuatu dulu pada kalian yang saat ini tengah membaca tulisanku ini. "Pernah atau nggak, kalian ingin melakukan sesuatu kebaikan tapi masih ragu-ragu untuk dilakukan?" Padahal sudah jelas-jelas itu adalah hal baik. Dan berbagai kata "TAPI" muncul di pikiran kalian, "Ya, aku mau sih melakukan itu, tapi....." "Ya, aku ingin sih melakukan itu, tapi...." dan berbagai alasan lain.

Contoh sederhananya begini, kalian suka menulis, kalian sering menulis (Menulis yang aku maksud di sini adalah menulis hal-hal yang bermanfaat ya, bukan tulisan-tulisan status galau kayak di Facebook :p) Tapi kalian malu atau sungkan mempublikasikan tulisan kalian untuk di baca banyak orang. Karena kalian mikir begini "Ah, malu ah. Biarin aja deh tulisanku hanya aku simpan di dalam folder di laptop, toh aku hanya penulis amatir. Siapa yang mau baca tulisanku ini."

Aku sering mengisi kelas kepenulisan online, dan kebanyakkan pertanyaan yang diajukan kepadaku adalah "Kak, gimana sih cara agar percaya diri terhadap tulisan yang kita buat? Terkadang aku gak PD deh sama tulisan yang aku buat, aku kan penulis yang nggak terkenal. Mana ada yang baca tulisan aku."

Khusus di tulisan #14ArticlesOn14Days ini aku mau menceritakan sesuatu pengalaman terbaik dalam hidupku dalam terjun di dunia kepenulisan Indonesia. Mau baca ceritanya? Ya harus mau, orang aku yang mau nulis di sini hehehe.

Bulan September 2017 lalu, aku menerima sebuah email. Email tersebut adalah dari Persatuan Wartawan Indonesia atau yang biasa disingkat PWI. Ternyata PWI mengirimiku sebuah undangan untuk menghadiri acara penganugerahan jurnalistik MH.Thamrin ke-43 begini isi undangan yang ada di dalam email itu:


Kepada Yth,
Bersama ini kami sampaikan bahwa, Ibu menjadi salah satu nominasi pemenang di MHT 2017, dengan tulisan : Kue Rangi, Kudapan Legendaris Khas Jakarta yang Sukar Ditemui yang dimuat di Kompasiana, 22 Juni 2016.

Kami berharap ibu bisa menghadiri acara tersebut, untuk undangan terlampir. Serta kami membutuhkan nomor telp dari ibu, agar kami dapat menghubungi kembali..terima kasih.


Panitia MHT 2017

Setelah membaca undangan di dalam email tersebut ada keheningan yang lama menyelimuti diriku, aku sempat bengong karena saking nggak percayanya "Apa? Tulisan gue masuk nominasi bergengsi dari PWI? lah, kapan gue mengajukan tulisan gue untuk diikutsertakan dalam lomba jurnalistik? kayaknya nggak pernah deh." Berbagai pertanyaan muncul silih berganti dalam benakku.

Ada rasa bahagia yang teramat sangat, ada rasa bingung, ada rasa tidak percaya, ada rasa takjub, dan berbagai perasaan yang campur aduk seperti Gado-gado itu ada di dalam diriku saat aku menerima email tersebut.

Aku kroscek lagi tulisanku di Kompasiana. Aku membuka lagi tulisanku yang katanya masuk nominasi itu. Sungguh tulisan dari seorang penulis receh macamku ini bisa menjadi salah satu nominasi di ajang bergengsi bagi insan media tersebut.

Aku sempat bergumam dalam hati "Ah, yakin nih tulisanku yang terpilih sebagai nominasi? Salah pilih kali ya panitianya. " Aku benar-benar tidak percaya dan benar-benar takjub pada diriku sendiri kenapa aku bisa menjadi salah satu nominee-nya. Dan ketika acara penganugerahaan Jurnalistik MH. Thamrin dihelat di kantor gubernur DKI Jakarta (Balai Kota DKI Jakarta), diumumkanlah artikelku keluar sebagai juara ke-2 untuk kategori Citizen Journalist. Alhamdulillaaahhhh bahagia rasanya!

Jadi inti dari tulisanku di atas apa?

"Semua Tulisan Pasti Akan Menemukan Pembacanya. "

Ya, itu benar adanya kok. Aku sendiri sudah mengalaminya, bahwa tulisan yang kita buat itu nggak ada yang sia-sia. Pasti suatu saat akan ada pembaca yang membaca tulisan kita tersebut. Tugas kita hanyalah melakukan yang terbaik sesuai kemampuan dan versi kita. Karena apa? Karena Tuhan tahu, siapa-siapa saja Hamba-Nya yang benar-benar berusaha maksimal, maka DIA juga akan memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan usaha Hamba-Nya tersebut.

Dan kalau kalian mau baca tulisanku yang keluar menjadi juara tersebut, kalian bisa buka  tautan ini ya:


Dan kalau kalian mau lihat foto-fotoku saat menerima penghargaan, kalian bisa membuka tautan ini ya:



Regards,

Rachmah Dewi